Rabu, 01 Januari 2014

Alexandre Dumas dan Kelas Sosial




Dumas Davy de La Pailleterie atau yang lebih dikenal dengan sebutan Alexandre Dumas, adalah seorang penulis Perancis yang terkenal dengan novel-novel historical fictionnya. Hampir semua novel dan tulisannya mengambil Perancis sebagai setting utamanya. 

Di antara beberapa novel yang dibuatnya, salah satu novel yang saya baca dan langsung jatuh cinta adalah The Count of Monte Cristo. Kendati dibalut dalam genre fiksi, namun unsur-unsur sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan di masa itu, mampu membuat pembaca menyusuri dan menjelajahi lebih lanjut kehidupan masyarakat Perancis di masa itu.


Sekai pun, jujur saat membaca saya sama sekali tak tahu siapa itu Alexandre Dumas. Namun, karena novel itu adalah novel paling tebal yang berhasil dibaca sampai tamat, itulah yang membuat jatuh cinta. Itu artinya, novel tersebut sangat mampu menyihir pembaca untuk membuka halaman per halaman hingga kata TAMAT di akhir halamannya. Tentunya tak ada kebosanan saat membaca dan mengulangnya lagi dari awal.

Pengelompokkan Sosial

Count adalah sebutan untuk bangsawan Perancis di masa itu, mungkin setara dengan sebutan Baron untuk bangsawan Inggris. Kesamaan keduanya adalah, gelar tersebut bisa didapat jika saja seseorang memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu. Dengan kata lain, gelar tersebut adalah kategori sosial atau pengelompokkan kelas dalam masyarakat yang diukur lewat kekayaan. Kekayaan untuk seorang Count, bukan hanya terletak dari harta benda yang dimilikinya, tetapi juga penguasaannya atas sebidang tanah.

Penguasaan atas sebidang tanah itulah yang menjadi keterkaitan dalam buku ini. Sebab Monte Kristo yang kemudian diambil sebagai judul, adalah sebuah pulau yang memang mendasari  gelar The Count untuk tokoh utamanya.

Itu berarti di mana pun, dalam situasi apa pun, dalam tahap perkembangan zaman apa pun kekayaan atau materi tetap menjadi prioritas dalam pengelompokkan sosial. Sebuah kesadaran sosial juga, bahwa kelompok kelas atas selalu dibekali dengan intelektual yang tinggi.

Dalam tatanan kehidupan Perancis saat itu, masyarakat kelas atas bisa dicirikan dengan profesi yang dijalaninya. Profesi yang populer dalam pembentukkan kelas, yang juga dibahas dalam buku ini antara lain, pengacara, pengusaha dan militer. Profesi yang kemudian membawa pembaca untuk mengenal lebih lanjut seperti apa kehidupan sosialita di masa itu.

Kehidupan yang memang penuh intrik dari pertama kali cerita itu berkembang. Bagaimana tokoh-tokohnya berhasil menggapai kelas tertinggi. Bagaimana mereka bergaul dengan masyarakat sosialita dan menjadi bagian di dalamnya. Dan bagaimana juga gelar-gelar tersebut bisa mengubah kehidupan, sikap dan sifat seseorang.

Dalam tataran itulah kecerdasan dan intelektualitas Alexandre Dumas ditanamkan. Ia tak hanya membuat rangkaian alur dan plot dalam cerita yang saling menyambung. Tetapi juga mampu menggambarkan seperti apa peran dan status dijalankan dan berpengaruh pada kehidupan individu. Bukan hanya itu, ia pun berhasil memberi gambaran yang tegas seperti apa pola-pola hubungan sosial yang terjadi di masa itu.

Jika melihat masa hidup penulis yang lahir 24 Juli 1802 dan meninggal pada 5 Deseember 1870, lalu membandingkan dengan setting ceritanya di masa keruntuhan Napoleon (kira-kira 100 tahun sebelum kelahiran penulis). Jelas jika The Count of Monte Cristo dibuat sebagai rekonstruksi sejarah. Itu berarti, penulis melakukan riset mendalam untuk buku ini. 

Satu hal yang menjadi catatan, bahwa penulis hebat bukanlah pada setenar apa tulisan yang dibuatnya. Tapi sebesar apa usaha yang dilakukan dalam proses pembuatannya. Kenyataannya, usaha selalu menentukan hasil. Buktinya, buku tersebut juga buku-buku lainnya telah bertahan selama hampir 2 abad. [hers]

__________ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar