Senin, 16 Desember 2013

Pesan Dalam Botol

1384672901446408374
JIKA ditanya, bagaimana ia bisa selamat dari tragedi tersebut? Jawabannya adalah akibat pesan dalam botol.

Ya, pesan yang dalam bayangan kita dimasukkan ke dalam botol, lalu dilarung begitu saja ke laut tanpa memikirkan ritual. Hanya berharap, agar ada seseorang yang mendapati lalu membaca pesan tersebut.


Namun, sepertinya tak masuk akal jika pesan yang ia kirim untuk entah itu, bisa menyelamatkannya hanya dalam hitungan jam. Bayangkan saja, bagaimana perjuangan sebuah botol yang tergulung ombak hanya untuk mencapai lautan lepas. Satu hari? Dua hari? Entahlah, sebab perahu bermesin pun butuh dorongan yang sangat kuat untuk bisa mencapai lautan lepas. Setelah itu, berapa lama juga botol yang terlunta-lunta di tengah laut itu berjuang untuk mencapai pantai atau pulau lain? Terlebih, sebuah botol tak pernah tahudaratan atau pulau yang tujunya tersebut berisi atau pulau kosong.

Atau mungkin saja ada nelayan yang menemukannya di tengah laut, lalu membuka dan membaca pesan tersebut? Sepertinya hanya nelayan iseng yang bertindak seperti itu. Jangankan botol, ular atau ikan yang sekiranya tak memiliki nilai jual, pasti akan disortir dan dibuangnya.

Ah! Mungkin botol itu memiliki bentuk yang sitimewa dan menarik perhatian nelayan. Bisa jadi seperti itu, tapi siapa yang akan membuang botol istimewa tersebut hingga terdampar dan ditemukan olehnya, lalu kembali dibuang? Bukankah bentuk botol istimewa lebih memiliki nilai seni untuk dipajang?

Apa pun pemikiran kita, bagaimana pun analisa kita, segala kemungkinan bisa saja terjadi. Kenyataannya pesan dalam botol itulah yang menyelamatkannya. Keajaiban, mungkin itu kata yang tepat untuk menafsirkan misteri tersebut.

***
ADALAH Ranti, kasir mini market yang saat itu bekerja hingga malam. Maklum, toko yang berdekatan dengan tempat hiburan malam itu memang tak pernah sepi, terlebih di malam minggu. Bertemu dengan orang mabuk atau gerombolan gengster pun, sudah menjadi hal biasa baginya. Namun tidak untuk malam ini.

Hujan memang membuat toko menjadi sedikit sepi. Ketidakbiasaan adalah saat seseorang yang berlumuran darah di sekujur tubuhnya, datang hanya untuk sebungkus rokok. Topi laken yang dikenakan, membayangi wajahnya yang juga berlumuran darah. Ingin rasanya Ranti bertanya “Apa yang telah terjadi, Pak!” Namun keinginan itu terpatahkan dengan kondisinya yang bugar, tanpa luka sedikit pun. Artinya, darah yang menempel itu, bukanlah darahnya. Peristiwa yang membuat Ranti dan dua penjaga toko lainnya hanya terpaku, tak berani bertanya bahkan menatapnya.

“Berapa?” suara paraunya yang datar terdengar begitu menyeramkan.

“Euh! Lima belas ribu, pak!” Sahut Ranti gelagapan.

Lelaki itu menatap Ranti dengan tajam, sambil menyodorkan uang pas. Ranti hanya bisa menunduk, mengalihkan tatapannya pada keyboard mesin hitung.

Waktu seolah berjalan dengan sangat lambat, lelaki itu masih terdiam, lalu mengalihkan muka pada pengunjung lain yang penasaran namun tak bisa berbuat apa-apa.

“Kenapa?” tanyanya dengan sangat tenang.

Tak ada jawaban dari siapa pun, hanya sikap-sikap kaku dan pura-pura sebagai pengalihan.

Ia mengalihkan tas di punggungnya, membuka dan merogoh sesuatu.

“Perampokan!” pikir Ranti.

“Tenang, saya tak memiliki niat apa pun! Kecuali, kalian ingin seperti ini!” Bungkusan plastik hitam yang juga berlumuran darah diletakkan di meja kasir. Lelaki itu pergi tanpa menoleh atau mengucapkan sepatah kata pun.

Hening, tegang, semua diam seperti terhipnotis. Hingga seseorang masuk lalu menyadarkan semuanya.

Beberapa saat kemudian, Polisi datang. Namun, sekompi polisi beratribut lengkap yang mendatangi toko tanpa sebab kekacauan atau peristiwa perampokkan adalah hal yang tak biasa. Apalagi semua yang ada di lokasi tahu jika bungkusan dari lelaki itu bukanlah bom. Namun tanggapan polisi yang sibuk dan bergerak dengan sangat cepat itu, jelas menyiratkan jika ada sesuatu yang sangat penting dalam bungkusan tersebut.

***

TERBARING lemah.

Seluruh tubuh dan mukanya yang bengkak dan terluka, tertutup perban. Dia bagaikan mumi hidup yang hanya bisa meringis, meneteskan air mata dan makan lewat selang infush yang tertanam di pergelangan tangannya. Puluhan atau ratusan pertanyaan pun hanya dijawab dengan anggukkan atau gelengan kepala. Lidahnya lebih dari sekadar kelu, mengeras, kaku dan melepuh. Dugaan sementara, ia dianiaya dan lidahnya ditetesi air keras agar bungkam terhadap pelaku penganiayaan tersebut.

Yang lebih mengenaskan adalah, seluruh jari tangannya dipotong. Sungguh tindak penganiayaan yang sangat keji. Sepertinya penganiaya memang membiarkan korban hidup dan menderita seperti itu. Lalu menghilangkan jejak dengan melumpuhkan organ-organ penting dalam penyampaian informasi.

Namun, apa yang menyebabkan pelaku menyimpan jari-jarinya di dalam botol dengan secarik pesan untuk menyelamatkannya, itulah misteri utama yang belum terpecahkan hingga saat ini.

Hingga tiga botol lain, berisi bola mata dan organ tubuh lain kembali ditemukan.

“BERSIHKAN!”

Pesan terakhir, penegas motif pelaku yang sengaja menyerang residivis pengedar narkoba.

~hers, 171113
ilustrasi: life.viva.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar