Sabtu, 16 November 2013

Fiksi Dan Kisah Nyata






 Jika ditanya apa perbedaan antara fiksi dan kisah nyata? Tentu saja saya akan menjawab berdasarkan definisi, bahwa fiksi adalah sebuah cerita atau karangan fiktif. Karangan yang tidak benar-benar terjadi karena semua yang ada dalam karangan itu adalah inmajinasi semata. Sedangkan kisah nyata, tentu saja kisah yang diangkat dari kehidupan nyata, dengan tokoh yang nyata dengan alur cerita yang dialami oleh tokoh tersebut. Lalu, perbedaan antara fiksi dankisah nyata yang saya pahami tersebut, tiba-tiba saja kabur saat muncul sebuah istilah kisah nyata yang difiksikan atau fiksi yang diangkat dari kisah nyata.



Kisah nyata yang difiksikan

Entah bagaimana seseorang bisa memahami kedua ide yang menurut saya sangat bertentangan seperti ini. Kenyataannya, istilah tersebut sedikitnya populer dan terkenal di beberapa komunitas penulisan. Maksud yang saya tangkap adalah memasukkan unsur-unsur, kejadian atau fenomena nyata ke dalam sebuah cerita yang kemudian dianggap fiksi. Menyamarkan tokoh, tempat atau alur, meskipun beberapa cerita banyak yang memakai alur cerita yang sebenarnya namun selalu saja ada penambahan atau pengurangan.

Berkaitan dengan definisi fiksi dan kisah nyata di atas, sebuah pertanyaan dasar yang kemudian muncul adalah, apakah cerita tersebut tergolong dalam fiksi atau kisah nyata?

Jawaban saya, tentu saja fiksi karena di dalamnya ada unsur-unsur fiktif, tidak nyata meski pun disamarkan.
Namun karena penekanan istilahnya lebih pada kisah nyata, maka anggapan orang akan selalu menjurus pada kisah nyata, kendati secara teori kisah tersebut adalah fiksi.

Fiksi yang diangkat dari kisah nyata
Seperti istilah sebelumnya, saya sedikit kebingungan menerjemahkan maksud dari fiksi yang diangkat dari kisah nyata. Jika saja semua unsur-unsur nyata diangkat ke dalam sebuah cerita, saya akan menganggap hal tersebut sebagai biografi. Alasannya, bahwa fiksi selalu berkaitan dengan tokoh sebagai objek utama yang berperan dalam cerita.

Lalu bagaimana jika nama atau tempat disamarkan? Tentu saja penyamaran terhadap sesuatu dalam kisah atau cerita sudah pasti akan melahirkan unsur-unsur fiktif. Karenanya, penyamaran satu atau dua unsur dalam kisah nyata, akan menyebabkan kisah tersebut menjadi kisah yang fiktif dengan kata lain, kisah tersebut memang fiksi, bukan lagi kisah nyata. Dan penulis seharusnya berbesar hati untuk menyebut kisah tersebut sebagai fiksi, bukan lagi kisah nyata.

Fiksi yang terinspirasi dari kisah nyata
Dari kedua istilah di atas, istilah terakhir  ini sepertinya istilah yang netral karena hanya dikaitkan dengan masalah inspirasi. Seperti kita ketahui bahwa apa  pun bentuk tulisan, baik fiksi atau pun non fiksi, inspirasi selalu didapat akibat tangkapan atau pengalaman panca indera. Proses penalaran dan penerjemahan pengalaman tersebutlah yang kemudian membedakan antara fiksi dan non fiksi. Karenanya, adalah keawjaran jika kemudian sebuah fiksi terinspirasi dari kisah nyata.

Namun, kenyataannya orang cenderung senang terhadap kisah-kisah nyata, baik tentang keberhasilan, kesedihan atau fenomena lain yang sedang merebak dalam masyarakat. Hal tersebut, memang akan membuat efek kedekatan secara psikologis pada pembaca, sehingga pembaca turut larut dalam cerita. Karenanya, menempelkan istilah kisah nyata pada fiksi bisa dianggap sebagai strategi penulis yang kemudian memunculkan istilah-istilah yang berseberangan tersebut.

***
ilustrasi: http://www.fiaf.org/crossingtheline/2011/2011-09-17-fiction-nonfiction.shtml

Tidak ada komentar:

Posting Komentar