Jika ditanya apa perbedaan antara fiksi dan kisah nyata? Tentu saja saya akan menjawab berdasarkan definisi,
bahwa fiksi adalah sebuah cerita atau karangan fiktif. Karangan yang tidak benar-benar terjadi karena semua yang
ada dalam karangan itu adalah inmajinasi semata. Sedangkan kisah nyata, tentu
saja kisah yang diangkat dari kehidupan nyata, dengan tokoh yang nyata dengan
alur cerita yang dialami oleh tokoh tersebut. Lalu, perbedaan antara fiksi dankisah nyata yang saya pahami tersebut, tiba-tiba saja kabur saat muncul sebuah
istilah kisah nyata yang difiksikan atau fiksi yang diangkat dari kisah nyata.
Kisah nyata yang difiksikan
Entah bagaimana seseorang bisa
memahami kedua ide yang menurut saya sangat bertentangan seperti ini. Kenyataannya,
istilah tersebut sedikitnya populer dan terkenal di beberapa komunitas
penulisan. Maksud yang saya tangkap adalah memasukkan unsur-unsur, kejadian
atau fenomena nyata ke dalam sebuah cerita yang kemudian dianggap fiksi. Menyamarkan
tokoh, tempat atau alur, meskipun beberapa cerita banyak yang memakai alur
cerita yang sebenarnya namun selalu saja ada penambahan atau pengurangan.
Berkaitan dengan definisi fiksi
dan kisah nyata di atas, sebuah pertanyaan dasar yang kemudian muncul adalah,
apakah cerita tersebut tergolong dalam fiksi atau kisah nyata?
Jawaban saya, tentu saja fiksi
karena di dalamnya ada unsur-unsur fiktif, tidak nyata meski pun disamarkan.
Namun karena penekanan istilahnya
lebih pada kisah nyata, maka anggapan orang akan selalu menjurus pada kisah
nyata, kendati secara teori kisah tersebut adalah fiksi.
Fiksi yang diangkat dari kisah nyata
Seperti istilah sebelumnya, saya
sedikit kebingungan menerjemahkan maksud dari fiksi yang diangkat dari kisah
nyata. Jika saja semua unsur-unsur nyata diangkat ke dalam sebuah cerita, saya
akan menganggap hal tersebut sebagai biografi. Alasannya, bahwa fiksi selalu
berkaitan dengan tokoh sebagai objek utama yang berperan dalam cerita.
Lalu bagaimana jika nama atau
tempat disamarkan? Tentu saja penyamaran terhadap sesuatu dalam kisah atau cerita
sudah pasti akan melahirkan unsur-unsur fiktif. Karenanya, penyamaran satu atau
dua unsur dalam kisah nyata, akan menyebabkan kisah tersebut menjadi kisah yang
fiktif dengan kata lain, kisah tersebut memang fiksi, bukan lagi kisah nyata. Dan
penulis seharusnya berbesar hati untuk menyebut kisah tersebut sebagai fiksi, bukan
lagi kisah nyata.
Fiksi yang terinspirasi dari kisah nyata
Dari kedua istilah di atas,
istilah terakhir ini sepertinya istilah yang
netral karena hanya dikaitkan dengan masalah inspirasi. Seperti kita ketahui
bahwa apa pun bentuk tulisan, baik fiksi
atau pun non fiksi, inspirasi selalu didapat akibat tangkapan atau pengalaman panca
indera. Proses penalaran dan penerjemahan pengalaman tersebutlah yang kemudian
membedakan antara fiksi dan non fiksi. Karenanya, adalah keawjaran jika
kemudian sebuah fiksi terinspirasi dari kisah nyata.
Namun, kenyataannya orang cenderung
senang terhadap kisah-kisah nyata, baik tentang keberhasilan, kesedihan atau
fenomena lain yang sedang merebak dalam masyarakat. Hal tersebut, memang akan membuat
efek kedekatan secara psikologis pada pembaca, sehingga pembaca turut larut
dalam cerita. Karenanya, menempelkan istilah kisah nyata pada fiksi bisa
dianggap sebagai strategi penulis yang kemudian memunculkan istilah-istilah
yang berseberangan tersebut.
***
ilustrasi: http://www.fiaf.org/crossingtheline/2011/2011-09-17-fiction-nonfiction.shtml
Tidak ada komentar:
Posting Komentar