James Douglash Morrison, lebih dikenal dengan Jim Morrison. Lahir
di Melbourne, Florida, Amerika Serikat tanggal 8-12-1943. Karir dan
ketenarannya, bisa dikatakan berawal sejak pertemuannya dengan Ray Manzarek. Pertemuan
yang membuat dia bergabung dengan dua sosok lainnya, Robby Kriger dan John
Densmore dalam sebuah band legendaris yang bernama The Doors.
Seiring waktu, ia memperkenalkan diri sebagai Mr. Mojo Risin yang merupakan
anagram dari nama tenarnya. Mr. Mojo Risin ini, ia masukkan sebagai lirik dalam
salah satu lagunya yang berjudul LA Woman. Entah, apakah masuknya anagram itu
adalah sebuah narcism atau bukan. Yang jelas, genre musik yang dibawakannya, mungkin
menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kenarcisannya.
Psichadelic atau psikadelik, sebuah genre yang lebih
menonjolkan kebebasan berekspresi. Kebebasan dari apa pun, baik dari
penampilan, aksi panggung, musikalitas dan sebagainya. Karenanya, dalam setiap
lagunya, Jim Morisson dan The Doors kerap bahkan selalu berimprovisasi. Bukan hanya
di atas panggung, tapi juga dalam dapur rekaman, buktinya banyak lirik yang tak
sesuai atau bercampur aduk dengan lirik dalam lagu lainnya.
Tentang aksi panggungnya sendiri, jangan ditanya alasannya jika Jim Morrison
kerap membuat ulah yang kontrovesial. Memaki pab dan pemilik pab atau tempat-tempat
manggung lainnya, hingga diusir paksa saat pentas. Mabuk saat manggung atau
bertindak tak senonoh dan hal-hal berbau kontroversi lainnya, sebab spepert itu
lah ciri khas psichadelic yang memang
menjunjung tinggi kebebasan. Bahkan bisa dianggap sebagai pemberontakkan.
Kebebasan tak terbatas yang tentu saja mempengaruhi gaya hidupnya. Hingga
akhirnya, ia terjebak dalam lingkaran setan, sex, drug and alcohol. Lingkaran yang juga menimpa musisi-musisi
papan atas lain di masanya.
Perjalanan Hidup dan
Pemberontakkan
Masa kecilnya sebagai Jim Douglash Morrison, ia mengalami sebuah kejadian
paling penting yang mempengaruhi hidupnya. Perjalanan berpindah-pindah dari
satu wilayah lainnya, meyebabkan terganggunya sosialisasi atau perkembangan
emosinya.
Ia kemudian tumbuh menjadi remaja cerdas, santun, pemalu dan tak percaya
diri. Namun di saat lain, ia kerap berperilaku kasar atau sekadar melontarkan
kata-kata yang tak sopan. Dua pribadi tersebut, konon membuat dia disebut sebagai
orang yang memiliki kepribadian ganda.
Bukan hanya dalam kehidupannya, tapi juga dalam lirik-lirik lagunya. Satu
lirik yang menohok, justru dituangkan pada lagu legendarisnya, The End. Dalam lagu itu ia berkata,
Father,
...
Yes
son...
I
Want to Kill You...
Mother....
I Want to ...F**...( silahkan cari tahu atau dengar sendiri)
Entah apa yang membuat ia menuliskan lirik tersebut dalam lagunya. Banyak
yang mengatakan bahwa lirik tersebut berhubungan dengan masa lalu keluarganya.
Namun bagi Jim sendiri, lagu tersebut memiliki makna yang sangat dalam
tergantung dari sudut mana ia melihat. Ia pernah mengatakan, bahwa lagu
tersebut adalah simbol perpisahan untuk seorang gadis yang dicintainya, juga
sebagai simbol perpisahan untuk masa kecilnya.
Lalu seperti apa masa kecilnya? Kita bahas di lain waktu.
Kendati demikian penjelasan Ray Manzarek sepertinya bisa memberikan pandangan
objektif terhadap lagu tersebut. Menurutnya, Jim Morrison kerap melemparkan isu
psikologis yang berhubungan dengan legenda Raja Yunani, Oedipush. Legenda yang
memang berkaitan erat dengan perilaku penyimpangan seksual, oedipush complex. Isu yang terlontar
justru saat orang-orang di masanya cenderung membicarakan psikologi Freud.
Sebuah gagasan yang bisa dikatakan berbeda dan bertolak belakang dengan kecenderungan
yang ada. Gagasan yang juga bisa dikatakan sebagai pemberontakkan pada
tatanan-tatanan nilai, pengetahuan dan kebiasaan yang ada. Pemberontakkan yang
membuatnya mampu menembus batas-batas kewajaran hingga membawanya ke satu titik
ketenaran.
Break on Through to the Other
Side, mungkin itulah makna lain
dari dari pemberontakkannya. [hers]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar